Sabtu, 25 Agustus 2007

#3
.seekor katak tuli.
Terkurung dalam got bau sambil termenung bermimpi agar bintang jatuh itu menyapaku dalam got bau ini. Sepertinya bintang jatuh memang bukan mamalia berakal. System kerja hatinya telah mati. Entah kenapa. Padahal aku selalu menunggu di got ini. Dan mencoba berhenti mengejar sang pelangi. Tapi bintang jatuh hanya tersenyum dari atas sana. Aku tak mengerti.
Aku telah bosan menjadi kecebong di dalam got di depan rumahmu. Aku telah bosan membaca dan menerka kata-perkata yang keluar dari oral busukmu. Aku ingin bermetamorfosis. Keluar dari got ini, meninggalkan kau. Terbebas, lepas dari sanderaan kata yang disebut cinta.
Tak ada yang terteka dan tercerna dengan sempurna oleh usus pemikiranku tentang cinta. Entah ia bersembunyi di kloroplas hijaunya daun. Bersembunyi, agar terlihat indah. Sudahlah. Mungkin ini adalah saatnya aku untuk segera menyumbat indera pendengaranku. Akukan meloncat jauh dari sini. Pergi melihat dunia. Keluar dari lubang ini.
”saat titik-titik air terurai sempurna oleh sang surya, di saat itulah kau datang sempurna. Tapi kau hanya datang dan tak pernah bercerita. Tentang bagaimana indahnya di atas sana. Di langit itu. Aku selalu menunggu datangnya suatu waktu. Saat aku mulai mengerti dan bisa menjadi bagian dari titik air itu. Menyatu denganmu. Menjadi pelangi indah di saat Tuhan telah selesai menyirami bumi. Andai aku dari merah hingga ungu.”
*tapi warnaku bukan merah hingga ungu. Aku tetap menjadi cokelat. Cokelat yang terlihat manis namun pahit.
>>capedeh, seperti biasa cerita cinta gue emang selalu kaya gini. Cewe yang gue sukain gak pernah respon ama impuls yang gue kasih. Gue udah cape. Sekarang gue pengen nikmatin hidup gue. Gue napas untuk gue. Gue bangkit demi gue. Gue bergerak hanya untuk gue. Nikmatin semuanya sendiri. Gue pengen bilang kalau gue belum nyerah. Tapi kenyataannya sekarang gue udah mundur dari lingkaran itu. Temen gue pernah bilang “cinta itu bukan buat ditungguin tapi buat dikejar”. Gimana caranya buat gue ngomong “GUE SAYANG AMA LU”.
Walaupun kaya gitu lu tetep jadi pelangi gue. Dan gue harap lu tetap jadi pelangi gue.

Minggu, 05 Agustus 2007


#2
.Lingkar Labirin.

Mengernyit, tanda tak mengeri apa yang dimaksud. Tentang apa yang dimaksud, apa yang disebut, dan apa yang terjadi. Gear-gear dalam otak mulai bergerak dan terus berputar, mencari sebuah jawaban di berbagai lemari jeruji pikiran manusia yang terbatas oleh akal dan logika. Mengapa???
Hanya tuhan dan pelangi yang tau mengapa hari ini hujan begitu deras. Entah itu adalah pertanda atau malapetaka.

Seorang anak terduduk dibalik jendela. Dan menghembuskan udara dari dalam mulutnya yang mungil ke daun jendela. Sembari dimainkan jemari-jemari lentiknya yang terus menari. Ia merasa hujan adalah suatu pertanda. Karena yang ia tahu hujan akan membawakannya sebuah mainan yang amat berharga. “pelangi”. Merah hingga ungu. Warna-warna itu yang ia gambarkan pada secarik kertas putih yang ia ambil dari dalam tasnya.

Keriput wajahnya. Air mata becampur air hujan maha dahsyat mengguyur tubuhnya yang kini telah renta. Telah lapuk dimakan usia. Organ-organ tubuhnya telah mati dimakan oleh asinnya garam kehidupan ini. Tulangnya yang telah tak kuat menopang tubuhnya mungkin karena asamnya darah yang ia punya. Menyedihkan. Ia meronta-ronta. Menghujat tuhan dan mempertanyakan tentang arti sebuah keadilan. Ia membenci tuhan, tentu juga pelangi. Walau sebenarnya ia dulu adalah seorang anak yang terduduk dibalik jendela.

Mengapa???
Lingkar labirin telah membuatnya gila. Membuat matanya buta. Melumpuhkan kerja system otak kanannya. Ia tak dapat berimajinasi atau bermimipi. Pelangi yang ia kejar dan ia puja seakan menjauh. Dan hilang. Bersembunyi dibalik dinding sang labirin. Dinding hitam dan penuh coretan. Menggambarkan suatu luka yang amat mendalam.
Pelangi bukan hanya sekedar warna yang muncul dari butiran hujan. Bukan juga jembatan untuk para bidadari turun ke bumi. Pelangi tak sesederhana itu.

Rabu, 01 Agustus 2007

#1
meenymoe.blogspot.com


malam ini, di bawah langit yang gelap seakan tak ada generator yang mampu untuk menghidupkan secercah cahaya dari lampu-lampu kecil. Lampion-lampion itupun hanya terdiam tak dapat menari. Dan lilin kecil seakan kehilangan harapan untuk terus ada di atas cawan di sebuah gubuk tua. Bintang jatuh pun melesat manemuiku. Dengan dewi harapan yang berada di sampingnya membawa sebuah harapan. Entah hanya harapan belaka atau sebuah mimpi tak terealisasi atau….. itu semua hanya ilusi. Fatamorgana di kala sang surya menyala.
Bintang jatuh. Siapakah yang kau pilih untuk kau bawa menuju sebuah organ yang kusebut dengan hati. Kenapa aku berharap itu aku. Padahal aku telah seharian mengejar pelangi di siang hari. Apakah aku harus terjaga, dan meminum secangkir kafein yang kuseduh dengan air yang hangat yang mengalir dari mataku. Untuk tetap terjaga dan melihatmu dari balik jendela dan melihatmu melesat menghampiri sang dewi harapan.
Bintang jatuh. Apakah kau juga membawa impianmu menuju sang dewi harapan?? Impian yang kau bilang itu CINTA.
***

Wew. Posting gue yang baru. Inspirasi yang datang dan terlalu menumpuk hingga menjadi seonggok tumpukan ide basi akhirnya bisa kukeluarkan satu demi satu. Gue harap ini gak jadi sesuatu yang basi dan tak beresensi. Walau gue akui tulisan ini sebenarnya hanya untuk DIA. Who is she?? Hahaha. Bintang jatuh gue. Yang tiba-tiba terjatuh menimpa gue. Entah disengaja atau hanya sebuah kebetulan yang bahkan hanya mempunyai peluang 1:100000000000000.

Gue bersyukur, walaupun gue gak mungkin bisa buat membuat sebuah hubungan bareng dia. Bagai ksatria dan puteri jelita. Karena suatu hal yang amat mendasar, lebih mendasar dari pada ideology atau suatu fasis. Prinsip, atau mungkin lebih dari itu. Gue bersyukur walaupun gue hanya bisa bermain kata dalam sebuah layar di kala sang bintang tengah berada di angkasa. Hanya itu yang bisa gue inget dari bintang jatuh.

“saat kau melihat bintang jatuh tengah melesat. Tutuplah matamu walau sekejap. Rasakan seluruh sinarnya menembus membran selmu. Biarkan ia merusak jaringan selmu. Berikan impuls pada syarafmu dan mulailah berharap. Saat kau membuka kelopak matamu, lihat bahwa sang dewi telah memelukmu dengan erat”.

its me

its me
u r u