Minggu, 23 Maret 2008

saat viam berkumandang

Di hari yang biasa, saat matahari pun bersinar dengan biasa. Diakhir mengkhatamkan sebuah buku yang inspiratif. Kembali duduk di sebuah pertapaan suci. Tempat favorit saya di saat kembali dari perjalanan batin. Mencari sebuah jawaban yang bahkan saya sendiri tak tahu apa pertanyaannya.

Kompas ini yang membawa saya. Hatilah yang menunjukan dimana barat dan timur kehidupan seorang manusia. Dengan berbekal sebuah peta dari seorang sahabat. Sebuah buku lama yang belum pernah saya baca. Dan hari ini setelah saya selesai membaca. Berhenti sejenak dari ekspedisi mencari jati diri. Hujan deras seakan ingin segera tau apa yang sudah saya dapat.

PEMUDA. Fase metamorfosis selanjutnya setelah remaja dan sebelum tua dan lanjut usia.

Menurut sebuah cerita, harta terbesar dari sebuah negara, dari sebuah bangsa, bukan merupakan sumber daya alam yang menghampar luas, bukan banyaknya pabrik-pabrik pengolah baja, dan sudah pasti bukan tempat dimana tikus dapat dengan mudah berkembang biak. Bukan juga tempat pelacur negara yang berani menjual harga diri mereka. Anda dapat menerka. PEMUDA

Pemuda merupakan harta tiada tara dari sebuah negara atau dapat juga disebut harta terbesar dunia. Pemudalah cermin sebuah bangsa. Cermin yang mengantarkan anda melihat masa depan. Melihat sesuatu yang disebut harapan. Tangan yang dapat menggerakkan negara adalah pemuda. Mereka mampu memutar gear-gear mesin penghidup sebuah negara. Dengan pemikiran yang baru, dengan obeng dan baut yang baru mereka dapat memperkuat sebuah bangsa.

Pergolakkan mencari arti kemerdekaan bagi nusantara dimulai dari para pemuda yang ingin bergerak. Bergerak, bukan hanya duduk mengobrol hingga larut petang, bukan hanya mencari cinta yang berdasarkan nafsu kelamin. Setidaknya begitulah yang Soe Hok Gie ajarkan pada saya. Lewat tulisan sederhana yang biasa kita sebut diari. Bukan tulisan hari ini saya sakit perut, atau waw bertemu kecengan. Tapi lewat diari dia mampu menulis kobaran semangat seorang pemuda yang pemberontak. Lewat tangan dinginnya ia mampu menggambarkan panasnya semangat yang begitu membara. Untuk menegakkan harga diri. Harga diri sebuah bangsa.

Mari lihat spion negeri ini. 20 Mei 1908 sekitar hampir seratus tahun yang lalu. Sebuah kebangkitan kaperkasaan nusantara mulai terlihat. Boedi Oetomo. Saat itu mereka yang tergabung dalam organisasi tersebut begitu berani. Mereka rela berjuang demi arti sebuah kemerdekaan. Keterlepasan dari keterkekangan untuk dapat membahagiakan anak cucu mereka.

Pahlawan-pahlawan itu telah menggoreskan batu di hati mereka. Terekam tulisan KAMI TELAH BANGKIT. Kebangkitan dari tidur lelap yang panjang. Cucuran keringat dan darah bukanlah sesuatu yang mahal untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Begitulah pahlawan kita di zaman itu.

Sebuah tragedi di tahun 1998 di bulan yang sama. Tepat 90 tahun sejak Boedi Oetomo lahir. Muncullah kembali cucu-cucu para pahlawan muda tempo dulu memperlihatkan taringnya. Menancapkan bendera reformasi. Demi arti sebuah negeri yang lebih baik. Mereka rela untuk mengorbankan kenyamanan mereka demi sebuah REFORMASI. Itulah pemuda-pemuda lama Indonesia. Pemuda-pemuda yang kini telah sampai waktunya untuk menina bobokan anaknya. Biarlah mereka beristirahat.

Sekarang. Di tahun 2008. Seratus tahun setelah Boedi Oetomo mencari arti kemerdekaan. Sepuluh tahun setelah Mahasiswa, para pemuda memperjuangkan reformasi. Apa yang kita perbuat sebagai para pemuda baru. Pemuda harapan bangsa. Pemuda yang kata sebuah cerita adalah harta terbesar dari sebuah negara. Pemuda yang memegang secara penuh warisan negeri. PEWARIS NEGERI.

Apakah pantas kita hanya terduduk, dipermainkan teknologi. Menjual harga diri bangsa kepada pihak asing. Dan rela mengemis-ngemis pada bangsa lain. Waktunya kita untuk berdiri. Bergerak. Apabila tidak. Maka bersiaplah tergantikan. Bersiaplah untuk menggadaikan warisan leluhur kita. Menggadaikan titipan anak cucu kita.

BANGKITLAH. Segera berpikir, segera bersuara, segera bergerak. Amanah yang kita genggam amatlah berat. Negeri telah memilih kita. Para pemuda sebagai para pewaris negeri selanjutnya. Dan kita tak dapat memilih kembali. JADI bergeraklah. PEMUDA : BANGKIT !!!!!

Senin, 05 November 2007

meenymoe 2.0

selamat datang.
jangan berkata apapun. jangan pedulikan apapun. kau cukup untuk membaca.
DIAM. LIHAT. RENUNGKAN

cerita temanku.
di suatu malam ia terbangun dari mimpi lalu menangis.
bukan mimpi buruk yang ia dapat dari tidur lelapnya semalam.
lantas mengapa ia menangis.
mimpinya begitu indah. dan ia takut mimpinya takkan jadi kenyataan.

*udah lama gak nulis blog. banyak banget yang pengen di copy terus dituangkan di blog ini.
nanti aja kali yach. inspirasi ini kembali terkubur dalam gelapnya otak kanan yang tak mampu memutar gearnya kembali.

Gue mau bikin novel nih. doain tahun depan bisa diterima dan dicetak (kalo ada penerbit yang mau). DOAKAN YACH.

Sabtu, 25 Agustus 2007

#3
.seekor katak tuli.
Terkurung dalam got bau sambil termenung bermimpi agar bintang jatuh itu menyapaku dalam got bau ini. Sepertinya bintang jatuh memang bukan mamalia berakal. System kerja hatinya telah mati. Entah kenapa. Padahal aku selalu menunggu di got ini. Dan mencoba berhenti mengejar sang pelangi. Tapi bintang jatuh hanya tersenyum dari atas sana. Aku tak mengerti.
Aku telah bosan menjadi kecebong di dalam got di depan rumahmu. Aku telah bosan membaca dan menerka kata-perkata yang keluar dari oral busukmu. Aku ingin bermetamorfosis. Keluar dari got ini, meninggalkan kau. Terbebas, lepas dari sanderaan kata yang disebut cinta.
Tak ada yang terteka dan tercerna dengan sempurna oleh usus pemikiranku tentang cinta. Entah ia bersembunyi di kloroplas hijaunya daun. Bersembunyi, agar terlihat indah. Sudahlah. Mungkin ini adalah saatnya aku untuk segera menyumbat indera pendengaranku. Akukan meloncat jauh dari sini. Pergi melihat dunia. Keluar dari lubang ini.
”saat titik-titik air terurai sempurna oleh sang surya, di saat itulah kau datang sempurna. Tapi kau hanya datang dan tak pernah bercerita. Tentang bagaimana indahnya di atas sana. Di langit itu. Aku selalu menunggu datangnya suatu waktu. Saat aku mulai mengerti dan bisa menjadi bagian dari titik air itu. Menyatu denganmu. Menjadi pelangi indah di saat Tuhan telah selesai menyirami bumi. Andai aku dari merah hingga ungu.”
*tapi warnaku bukan merah hingga ungu. Aku tetap menjadi cokelat. Cokelat yang terlihat manis namun pahit.
>>capedeh, seperti biasa cerita cinta gue emang selalu kaya gini. Cewe yang gue sukain gak pernah respon ama impuls yang gue kasih. Gue udah cape. Sekarang gue pengen nikmatin hidup gue. Gue napas untuk gue. Gue bangkit demi gue. Gue bergerak hanya untuk gue. Nikmatin semuanya sendiri. Gue pengen bilang kalau gue belum nyerah. Tapi kenyataannya sekarang gue udah mundur dari lingkaran itu. Temen gue pernah bilang “cinta itu bukan buat ditungguin tapi buat dikejar”. Gimana caranya buat gue ngomong “GUE SAYANG AMA LU”.
Walaupun kaya gitu lu tetep jadi pelangi gue. Dan gue harap lu tetap jadi pelangi gue.

Minggu, 05 Agustus 2007


#2
.Lingkar Labirin.

Mengernyit, tanda tak mengeri apa yang dimaksud. Tentang apa yang dimaksud, apa yang disebut, dan apa yang terjadi. Gear-gear dalam otak mulai bergerak dan terus berputar, mencari sebuah jawaban di berbagai lemari jeruji pikiran manusia yang terbatas oleh akal dan logika. Mengapa???
Hanya tuhan dan pelangi yang tau mengapa hari ini hujan begitu deras. Entah itu adalah pertanda atau malapetaka.

Seorang anak terduduk dibalik jendela. Dan menghembuskan udara dari dalam mulutnya yang mungil ke daun jendela. Sembari dimainkan jemari-jemari lentiknya yang terus menari. Ia merasa hujan adalah suatu pertanda. Karena yang ia tahu hujan akan membawakannya sebuah mainan yang amat berharga. “pelangi”. Merah hingga ungu. Warna-warna itu yang ia gambarkan pada secarik kertas putih yang ia ambil dari dalam tasnya.

Keriput wajahnya. Air mata becampur air hujan maha dahsyat mengguyur tubuhnya yang kini telah renta. Telah lapuk dimakan usia. Organ-organ tubuhnya telah mati dimakan oleh asinnya garam kehidupan ini. Tulangnya yang telah tak kuat menopang tubuhnya mungkin karena asamnya darah yang ia punya. Menyedihkan. Ia meronta-ronta. Menghujat tuhan dan mempertanyakan tentang arti sebuah keadilan. Ia membenci tuhan, tentu juga pelangi. Walau sebenarnya ia dulu adalah seorang anak yang terduduk dibalik jendela.

Mengapa???
Lingkar labirin telah membuatnya gila. Membuat matanya buta. Melumpuhkan kerja system otak kanannya. Ia tak dapat berimajinasi atau bermimipi. Pelangi yang ia kejar dan ia puja seakan menjauh. Dan hilang. Bersembunyi dibalik dinding sang labirin. Dinding hitam dan penuh coretan. Menggambarkan suatu luka yang amat mendalam.
Pelangi bukan hanya sekedar warna yang muncul dari butiran hujan. Bukan juga jembatan untuk para bidadari turun ke bumi. Pelangi tak sesederhana itu.

Rabu, 01 Agustus 2007

#1
meenymoe.blogspot.com


malam ini, di bawah langit yang gelap seakan tak ada generator yang mampu untuk menghidupkan secercah cahaya dari lampu-lampu kecil. Lampion-lampion itupun hanya terdiam tak dapat menari. Dan lilin kecil seakan kehilangan harapan untuk terus ada di atas cawan di sebuah gubuk tua. Bintang jatuh pun melesat manemuiku. Dengan dewi harapan yang berada di sampingnya membawa sebuah harapan. Entah hanya harapan belaka atau sebuah mimpi tak terealisasi atau….. itu semua hanya ilusi. Fatamorgana di kala sang surya menyala.
Bintang jatuh. Siapakah yang kau pilih untuk kau bawa menuju sebuah organ yang kusebut dengan hati. Kenapa aku berharap itu aku. Padahal aku telah seharian mengejar pelangi di siang hari. Apakah aku harus terjaga, dan meminum secangkir kafein yang kuseduh dengan air yang hangat yang mengalir dari mataku. Untuk tetap terjaga dan melihatmu dari balik jendela dan melihatmu melesat menghampiri sang dewi harapan.
Bintang jatuh. Apakah kau juga membawa impianmu menuju sang dewi harapan?? Impian yang kau bilang itu CINTA.
***

Wew. Posting gue yang baru. Inspirasi yang datang dan terlalu menumpuk hingga menjadi seonggok tumpukan ide basi akhirnya bisa kukeluarkan satu demi satu. Gue harap ini gak jadi sesuatu yang basi dan tak beresensi. Walau gue akui tulisan ini sebenarnya hanya untuk DIA. Who is she?? Hahaha. Bintang jatuh gue. Yang tiba-tiba terjatuh menimpa gue. Entah disengaja atau hanya sebuah kebetulan yang bahkan hanya mempunyai peluang 1:100000000000000.

Gue bersyukur, walaupun gue gak mungkin bisa buat membuat sebuah hubungan bareng dia. Bagai ksatria dan puteri jelita. Karena suatu hal yang amat mendasar, lebih mendasar dari pada ideology atau suatu fasis. Prinsip, atau mungkin lebih dari itu. Gue bersyukur walaupun gue hanya bisa bermain kata dalam sebuah layar di kala sang bintang tengah berada di angkasa. Hanya itu yang bisa gue inget dari bintang jatuh.

“saat kau melihat bintang jatuh tengah melesat. Tutuplah matamu walau sekejap. Rasakan seluruh sinarnya menembus membran selmu. Biarkan ia merusak jaringan selmu. Berikan impuls pada syarafmu dan mulailah berharap. Saat kau membuka kelopak matamu, lihat bahwa sang dewi telah memelukmu dengan erat”.

Senin, 02 Juli 2007

meenymoe

my blog men,,,

its me

its me
u r u